top of page

Siswa SMK Analis Kimia, Mahasiswa Biokimia, dan Cerita di Balik Semuanya (03)

Gambar penulis: Galih Tridarna PoetraGalih Tridarna Poetra

Diperbarui: 17 Mar 2019

Lalu mengapa kimia dan dilanjutkan ke biokimia?


Jujur saja. Saat saya SMP, saya kurang menyukai mata pelajaran Kewarganegaraan, Sejarah, dan Ekonomi. Bagi saya, ketiga mata pelajaran itu terlalu banyak hapalan yang kurang bisa diaplikasikan, atau perhitungan yang menjemukan. Pertanyaan saat ujian pun hanya hapalan-hapalan mati yang menjemukan.


Entah mengapa, mungkin memang sedari kecil, saya sudah menyukai hal-hal yang berbau penelitian. Halaman belakang rumah saya menjadi laboratorium saya sehari-hari. Dari hal paling sederhana, seperti menanam bibit tanaman, memelihara hewan peliharaan, bahkan sampai mengeksplorasi tanah dengan mencari cacing lalu bereksperimen dengannya. Maafkan saya cacing-cacing yang dulu pernah saya siksa. 😥


Mulai mengetahui sekolah berbasis kimia, akhirnya memberanikan diri untuk sedikit berbelok dari cita-cita awal, yaitu ahli botani. Stigma akan SMAKBO yang merupakan sekolah hanya mempelajari KIMIA saja ternyata salah. Awalnya memang hanya memfokuskan pendidikan kimia analisis saja ketika masih dinaungi oleh Departemen Perindustrian (saat ini Kementerian). Semenjak dinaungi juga oleh Kementerian Pendidikan, ada mata pelajaran wajib tingkat atas yang harus dipelajari juga oleh kami.


Kimia analisis yang dipelajari betul-betul selama 7 semester, ya, mata pelajaran ini memakan 7 semester di kurikulum saya, membuat lulusannya sudah paham betul mengenai analisis kimia, baik teori maupun praktiknya. Betulkah? Insya Allah, ya... Selain kimia analisis, kami juga mempelajari kimia organik 4 semester, kimia anorganik 2 semester, kimia fisik 3 semester, lalu cabang-cabang kimia analisis; gravimetri, volumetri, dan masih banyak lagi.


Belum lagi kami pun dijejali mata pelajaran IPS, Kewarganegaraan, Kewirausahaan sebagai mata pelajaran pelengkap kami. Tentunya matematika, fisika, biologi, dan bahasa Indonesia & Inggris tidak luput kami pelajari sebagai mata pelajaran dasar. Ya, walaupun tidak serumit dan sesulit teman-teman SMA yang lain.


Alasan terbesar saya mengapa memilih Biokimia sebagai ilmu yang saya tekuni di level selanjutnya adalah saya kagum dengan penuturan guru kimia organik kelas 12 saya kala itu, Ibu Dwika, yang saat ini menjabat sebagai kepala sekolah di SMAKBO. Beliau menjelaskan mengenai karbohidrat dan perbedaan struktur amilosa & selulosa. Keduanya sama-sama polimer glukosa,. Yang membedakan keduanya hanyalah ikatan alfa untuk amilosa dan ikatan beta untuk selulosa, sesederhana itu.

Perbedaan amilosa dan selulosa

Struktur yang dianggap sederhana, ternyata memiliki makna besar ketika dikonsumsi oleh manusia. Ibu Dwika kala itu menuturkan, betapa maha besarnya Allah karena hanya menciptakan enzim amilase di sistem pencernaan manusia. Bayangkan jika manusia seperti rayap yang bisa menghasilkan enzim selulase dan dapat mencerna kayu, betapa rakusnya manusia.


Sesederhana itu. Mengubah sudut pandang saya pribadi akan enzim dan protein fungsional. Dari hal kecil yang diciptakan oleh Allah, ternyata semuanya telah diatur hingga menjadi hal-hal yang teratur. Subhanallah...


Masih banyak misteri-misteri sederhana yang dijelaskan oleh sudut pandang biokimia. Dan itulah latar belakang mengapa blog ini dibuat.

Comments


GALIH TRIDARNA POETRA   |  2020

bottom of page