Sebelum menceritakan lebih banyak tentang kota ini, saya akan sedikit menceritakan tentang arti kota ini bagi saya pribadi. Dilahirkan pada tahun 1992 di salah satu rumah sakit bersalin di Jalan Sawojajar (dulu Laan van der Wijk), dekat rumahnya di Jalan Abesin (dulu Wetselaars Weg), Galih kecil pun menghabiskan masa-masa 90-annya di jalan kecil itu. Lokasi rumahnya yang dekat dengan Stasiun Bogor pun menjadi alasan utamanya bisa menyukai kereta api. Bahkan Galih kecil pun memiliki kebiasaan disuapi oleh mamanya sambil melihat kereta api lewat agar makanannya cepat habis.
Salah satu kebiasaan buruk saat saya kecil adalah bermain dengan teman-teman sekitar rumahnya di rel kereta api. Berbahaya, iya pastinya. Bahkan, jika diingat, sedari kecil saya pernah dimarahi habis-habisan oleh ayah saya karena ketahuan olehnya bermain di rel kereta.
Hal lain yang dilakukan bersama teman sebaya saya adalah meletakkan paku di bantalan rel kereta api, dan menunggu untuk dilindas. Setelah dilindas kereta api, mencari paku tersebut di bebatuan, lalu paku yang sudah dilindas kereta dijadikan pedang-pedangan. Sesederhana itu permainan masa kecil saya pun sudah membuat saya bahagia, sepertinya. 😂
Hal lain yang menyebabkan saya menyenangi kereta api adalah pemandangan yang disuguhkan selama perjalanan. Pemandangan yang menurut saya terbaik di Pulau Jawa (hingga saat ini) adalah perjalanan dengan menggunakan kereta api dari Jakarta ke Bandung dengan Argo Parahyangan. Hamparan hijau pegunungan pasundan selalu berhasil memanjakan mata.
Masih penasaran dengan Kota Bogor? Di postingan-postingan selanjutnya saya akan membahasnya satu persatu.
Comments